PGLII: Tolikara Sudah Aman, Umat Harus Tenang
daniel.tanamal Official Writer
<!--[if gte mso 9]><xml>
Normal
0
false
false
false
IN
X-NONE
X-NONE
MicrosoftInternetExplorer4
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia
(PGLII) Pdt. Dr. Nus Reimas menyatakan bahwa situasi di Tolikara Papua yang
sempat memanas pada Jumat 17 Juli 2015 kemarin sudah kembali kondusif dan aman.
Untuk itu seluruh umat diharapkan untuk tenang dan tidak terprovokasi.
? ?Situasi (di Tolikara Papua) sudah cooling down, tenang dan kondusif. Diharapkan karena disana sudah
tenang, tolong melalui media, saya menghimbau untuk umat agar tidak lagi
menjadikan insiden ini terus menerus berlanjut. Coba teman-teman yang Kristen
belajar untuk menahan diri. Apalagi masuk ke media sosial tanpa memahami persoalan
yang terjadi. Komunikasi ke sana kan tidak mudah, signal telepon cukup sulit,”
katanya kepada Jawaban.com, Sabtu (18/07).
Nus Reimas juga mengajak seluruh umat beragama di
Indonesia untuk bisa menahan diri dan saling memahami dalam konteks menjalankan
ibadahnya masing-masing. “Masalah agama masih sangat sensitif di indonesia. Entah
di Kristen dan Muslim. Jadi seharusnya bagaimana kita hadir dengan keyakinan
masing-masing tapi tetap melihat lingkungan dimana kita berada. Seperti yang
kita alami juga di Jawa, atau didaerah-daerah mayoritas Muslim misalnya. Jadi ini
keadaan yang sangat manusiawi bisa terjadi di mana saja.”
Terkait masalah Peraturan
Daerah (Perda), Nus meminta agar Kementrian Dalam Negeri segera menuntaskan hal
ini karena dalam perjalanannya, Perda justru banyak mendiskriminasikan rakyat
sendiri. “Masalah perda ini masih menggantung, tidak hanya terjadi di Papua
saja tapi di berbagai daerah, banyak menimbulkan diskriminasi dimana-mana, dan
Kemendagri harus menuntaskan, kalau tidak akan jadi bumerang. Karena atas nama Perda seperti itu, satu pihak merasa punya standing
point untuk bisa menghimbau atau mengatakan sesuatu kepada pihak lainnya,“
tutupnya.
Sumber : Jawaban.com | Daniel Tanamal
Halaman :
1